Ada apa dengan dunia Film, musik, televisi Indonesia? (pemikiran saya) + SIDANG SIANIDA
Hallo semuanya, akhirnya ketemu lagi dan saat ini saya sudah kuliah. Kalian bisa bilang saya kuliah di kampus yang orang-orangnya sangat meninggikan seni entah itu film, musik, lukis, sastra dan lain sebagainya.
Saya baru kuliah beberapa bulan di sini, tetapi bersyukur karna dosen yang mengajar saya benar-benar orang seni bukan sembarangan mengajar saja. Kembali lagi... saya sebenarnya udah kepikiran untuk menulis sebuah post seperti ini tapi pasti bakal kemana-mana dan tentu saja saya akan membahas juga unsur sex atau seksualitas dalam dunia seni kita.
PENGINGAT: HANYA FILM YANG MEMPUNYAI PERATURAN TENTANG PORNOGRAFI. (YANG LAIN BELUM ADA)
PERINGATAN LAGI: TOLONG BACA INI JANGAN SOK SUCI, KITA PENUH DOSA DAN SAYA JUGA. MARI KETIKA BACA INI, KITA SEPERTI AWKARIN DULU.
for your information: Saya jarang menonton acara televisi Indonesia selama 3 tahun lebih.
1. Film Indonesia.
Hm... bosen sih bahas ini terus tapi gak akan pernah bisa berhenti untuk membahasnya. Dari sisi pandang saya tentang film Indonesia... ya, masih ada beberapa yang bagus dan sisanya tanda tanya. Saya sangat bangga karena ada beberapa film Indonesia yang bisa masuk ke dalam penghargaan di luar negri terutama Cannes dan kita menang. Jujur saja saya rasa orang-orang yang karya bagus di perfilman Indonesia adalah orang-orang yang sudah mempunyai nama tetapi tidak dengan generasi barunya.
Kebanyakan film Indonesia juga sangat down to earth , maksudnya... penonton Indonesia mau disuguhi film dengan jenis baru tetapi ketika datang jenis baru orang Indonesia dengan keras mengatakan:
Film Indonesia juga lagi sering membuat sequel. Apa maksudnya? Saya juga gak ngerti dan hebatnya film Indonesia dari pada luar adalah, Sequel, hanya butuh proses beberapa bulan--shooting dan akhir tahun atau pertengahan tahun film akan tayang, ini seperti program sistem kebut semalam. Tapi setelah saya usut... saya merasa ini hanya untuk mengejar uang semata, tidak ada unsur seninya lagi. Dulu tahun 2008--mungkin--saya mengenal film Indonesia adalah film dengan tutur kata yang berat, sulit dicerna otak, dan itu yang membuat saya suka. Tetapi sekarang hanya beberapa saja yang masih seperti itu, sisanya dialog ringan.
Saya juga menemui beberapa film Indonesia yang tidak memikirkan jalan cerita. Ingat film 3600 detik?? mungkin karena durasi atau editingnya gak sabaran, saya merasa film itu seperti loncat. Mencapai permasalahannya cukup cepat saya sampai harus menonton dua kali. Bahkan film AADC 2... juga melakukan hal yang sama. Jadi, sebenarnya masih banyak masalah di film Indonesia, saya gak mau ngupas tuntas berlebihan karena saya mengkhawatirkan ada koment macam-macam ini dan itu . Karena orang Indonesia termasuk orang yang Tong Kosong Nyaring Bunyinya.
Genre film Indonesia harus diperluas, ya berpikirnya juga besar. Kenapa di Indonesia tidak ada Kolaborasi pembuat film untuk membuat sebuah Film seperti The Hunger Games, Divergent, Narnia, Life of Pi. Pasti banyak yang bilang biaya... tapi sebenarnya mahal adalah resiko kalian terjun di dunia ini, jika terus berpikir uang dan uang kalian pasti gak akan pernah menciptakan sesuatu yang WOAH untuk orang Indonesia, sesuatu yang membuat penonton Indonesia bukan hanya menonton saja tetapi juga menikmati dan membaca film. Kendala terbesarnya juga editing yang harus detail, kalau Indonesia belum bisa membuat editing lebih detail, kenapa gak kerja sama saja dengan luar negri?
Hidup di dunia film itu bukan sendiri-sendiri tapi bersama-sama, bekerja sama, punya kenalan banyak, ini dan itu.
2. Musik.
(Tolong di baca sampai habis kawan)
Musik Indonesia bagus dan aman-aman saja walau saya sendiri bosan dengarnya karena alirannya sekarang lebih jazz atau soul. Entah ini pengaruh apa dan musik aliran ini sangat bertahan lama -- sampai bisa dibilang: "Kalau di musik Indonesia tidak ada suara trompet, bukan musik Indonesia."
Udah jarang kita menemukan musik yang alirannya rock, alternative dan lain-lainnya. Paling hanya sedikit saja yang masih mempertahankan itu.
Karena saya gak berminat buat jadi komposer, saya akan bilang bahwa saya cukup bangga dengan kedatangan Young Lex di musik Indonesia, karena dia berani banget buat keluar dari lingkaran mainstream dengan musik rapnya. Eitsss, tapi jangan langsung komen yang nggak-nggak. Saya akan bahas masalah sex dan lain-lainnya di akhir nanti tolong sabar, karena lagu Young Lex mengandung unsur sexualitas dan sedikit rebel.
Kalian mungkin ingin bilang bahwa lagu JKT 48 itu adalah rock, mungkin saja ya--saya bukan enggemar JKT-- tetapi mayoritas lagu JKT adalah lagu translate dari jepang ke Indonesia, jadi sebenarnya lagu JKT bukanlah lagu Indonesia yang pure. Saya hanya mau mewanti-wanti jika ada yang bilang "lagu jkt 48, gak kaya gitu kok,"
3. Televisi Indonesia + SIDANG JESICCA.
Rusak. Sampai saya gak ingin menonton lagi acara televisi di Indonesia, apapun itu. Kasus yang lagi benar-benar hitzz adalah kasus sensor yang berlebihan. Saya ingin bertanya, ini buat apa? Ini kenapa? Ini apa-apaan? Sensor yang berlebih di televisi Indonesia, menurut saya hanya membuat kita semakin penasaran saja dengan "apa sih yang disensor, mengapa disensor?" dan sensor ini malah harus membuat orang tua semakin waspada terhadap anak-anak mereka.
Jujur aja (yang sudah besar), sekarang... kalian tau tentang seksualitas sekurang-kurangnya pasti kelas 6 SD (alias mau masuk SMP) karena setahu saya sudah di ajarkan reproduksi. Anak jaman sekrang udah tau unsur sexualitas di usia dini karena sensor tersebut, menurut saya itu membuat mereka lebih peasaran dan bisa saja bertanya dengan orang tuanya atau orang yang lebih besar dari pada dirinya tentang hal itu. Mereka yang biasanya berbicara tanpa berpikir akan bilang apa yang mereka ketahui entah itu bisa di tangkap sama anak kecil atau tidak.
Siapa yang harus disalahkan?
Menurut dosen saya KPI dan Stasiun Televisi saling menyalahkan satu sama lain. Hanya saja sebenarnya yang harus disalahkan adalah KPI.
Setelah sensor, adanya acara televisi yang tidak mendidik.
Series di film Indonesia adalah sesuatu yang sangat luar biasa di dunia ini. Shooting seharian, malam di edit dan tayang hari itu juga. Skenario juga tidak jelas dan lain-lainnya, pokoknya benar-benar tidak jelas sampai hal ini yang membuat saya tidak lagi menonton acara televisi Indonesia. Sebutkan saja A dari Z series yang tidak berguna yang selalu tayang di depan televisi kalian dan acara televisi apa saja yang membuat kalian muak menontonnya, pasti sudah tidak terhitung jari tangan dan kaki. Saya beberapa hari ini berpikir kenapa sinetron Indonesia tidak di buat seperti di luar.
Mengerti maksud saya?
Pengerjaan tidak buru-buru. Hanya ada 21 atau 23 episode dalam satu musim (season), dan shooting selesai 2 bulan sebelum tayang di televisi dan sebulan saat mau tayang kita bisa promosi terlebih dahulu. Sinetron Indonesia juga menggambarkan ketidak sabaran kita sebagai seseorang manusia, karena jika dilihat cutnya asal-asalan saja yang penting tayang.
Apakah KPI telah memberi tahu stasiun televisi tentang program mereka yang tidak berpendidikan?
Lalu TV negara alias TVRI, kalian masih sering nonton? Pasti seringlah, tapi kalau kelewat saja. TVRI sekarang mulai mengikuti acara televisi swasta dan dosen saya sempat bilang "mending tutup aja." Ini di karenakan TVRI tidak konsisten. Menurut dosen saya sebaiknya TVRI mulai belajar dari TV pemerintah dari luar negri, seperti halnya memperbanyak berita, bukan acara yang mengikuti stasiun tv yang lain. Apa TVRI bisa bangkit? tentu saja bisa, jika orang yang bekerja di TVRI mengerti bagaimana cara membawa berita yang tidak membosankan untuk ditonton semalaman.
Sidang Jesicca adalah satu-satunya acara televisi yang harus di blur (kata dosen saya), Beliau mengatakan karena kita mempunyai azaz praduga tak bersalah dan juga Sidang Jesicca sebenarnya tidak boleh di tayangkan di televisi bahkan secara LIVE.
SPESIAL: Unsur Sexualitas dan pornografi.
Sebenarnya unsur pornografi tidak pernah ada, karena kalau pornografi pasti tidak pernah tayang di Bioskop (negara manapun).
Ada anggapan bahwa negara luar yang menginspirasi kita untuk mengadopsi adegan. Saya berteman dengan banyak orang Amerika dan saya selalu melihat mereka komplain dengan film yang mengandung unsur sex terbanyak... contoh 50 Shades Of Grey . Tentu penayangan scene sexual di luar negri mempunyai pengaturan (pembatasan tayang). Hanya saja orang Indonesia mungkin tidak mengerti dan menganggap bahwa pembuatan unsur itu bebas padahal tidak.
Tetapi jika unsur sexualitas ada di televisi Indonesia, saya akan menentang... bahkan jika ciuman dan genggaman tangan sebenarnya gue menentang. saya minta maaf karena akan sedikit membawa status sosial. Karena saya rasa orang yang menonton televisi di Indonesia adalah kalangan sedang (bukan menengah, jika gak ada kalangan sedang... ini saya ciptakan hahaha) sampai kebawah. Televisi merupakan ajang hiburan bagi mereka dan saya minta maaf lagi, mereka mungkin tidak berpendidikan. Anaknya nonton televisi tidak ada yang mengawasi dan cukup sedih sih liatnya, jadi anaknya langsung sambet dan mencontoh.
Saya baru kuliah beberapa bulan di sini, tetapi bersyukur karna dosen yang mengajar saya benar-benar orang seni bukan sembarangan mengajar saja. Kembali lagi... saya sebenarnya udah kepikiran untuk menulis sebuah post seperti ini tapi pasti bakal kemana-mana dan tentu saja saya akan membahas juga unsur sex atau seksualitas dalam dunia seni kita.
PENGINGAT: HANYA FILM YANG MEMPUNYAI PERATURAN TENTANG PORNOGRAFI. (YANG LAIN BELUM ADA)
PERINGATAN LAGI: TOLONG BACA INI JANGAN SOK SUCI, KITA PENUH DOSA DAN SAYA JUGA. MARI KETIKA BACA INI, KITA SEPERTI AWKARIN DULU.
for your information: Saya jarang menonton acara televisi Indonesia selama 3 tahun lebih.
1. Film Indonesia.
Hm... bosen sih bahas ini terus tapi gak akan pernah bisa berhenti untuk membahasnya. Dari sisi pandang saya tentang film Indonesia... ya, masih ada beberapa yang bagus dan sisanya tanda tanya. Saya sangat bangga karena ada beberapa film Indonesia yang bisa masuk ke dalam penghargaan di luar negri terutama Cannes dan kita menang. Jujur saja saya rasa orang-orang yang karya bagus di perfilman Indonesia adalah orang-orang yang sudah mempunyai nama tetapi tidak dengan generasi barunya.
Kebanyakan film Indonesia juga sangat down to earth , maksudnya... penonton Indonesia mau disuguhi film dengan jenis baru tetapi ketika datang jenis baru orang Indonesia dengan keras mengatakan:
- Film ini sangat menjiplak (walaupun memang banyak dan saya juga sering mengatakan hal itu) tetapi akhirnya saya sadar ketika dosen saya berbicara:
"Sekarang mustahil untuk membuat karya yang orisinil. Mungkin orisinil tetapi tetap saja kita terinpirasi dalam satu karya. Makanya jika terinpirasi kalian harus memberikan credit ke orang tersebut."dan sebelumnya down to earth maksud saya adalah: Film romansa, komedi, dan gitu-gitu aja. Hanya satu yang bisa keluar dari kulitnya: THE RAID.
Film Indonesia juga lagi sering membuat sequel. Apa maksudnya? Saya juga gak ngerti dan hebatnya film Indonesia dari pada luar adalah, Sequel, hanya butuh proses beberapa bulan--shooting dan akhir tahun atau pertengahan tahun film akan tayang, ini seperti program sistem kebut semalam. Tapi setelah saya usut... saya merasa ini hanya untuk mengejar uang semata, tidak ada unsur seninya lagi. Dulu tahun 2008--mungkin--saya mengenal film Indonesia adalah film dengan tutur kata yang berat, sulit dicerna otak, dan itu yang membuat saya suka. Tetapi sekarang hanya beberapa saja yang masih seperti itu, sisanya dialog ringan.
Saya juga menemui beberapa film Indonesia yang tidak memikirkan jalan cerita. Ingat film 3600 detik?? mungkin karena durasi atau editingnya gak sabaran, saya merasa film itu seperti loncat. Mencapai permasalahannya cukup cepat saya sampai harus menonton dua kali. Bahkan film AADC 2... juga melakukan hal yang sama. Jadi, sebenarnya masih banyak masalah di film Indonesia, saya gak mau ngupas tuntas berlebihan karena saya mengkhawatirkan ada koment macam-macam ini dan itu . Karena orang Indonesia termasuk orang yang Tong Kosong Nyaring Bunyinya.
Genre film Indonesia harus diperluas, ya berpikirnya juga besar. Kenapa di Indonesia tidak ada Kolaborasi pembuat film untuk membuat sebuah Film seperti The Hunger Games, Divergent, Narnia, Life of Pi. Pasti banyak yang bilang biaya... tapi sebenarnya mahal adalah resiko kalian terjun di dunia ini, jika terus berpikir uang dan uang kalian pasti gak akan pernah menciptakan sesuatu yang WOAH untuk orang Indonesia, sesuatu yang membuat penonton Indonesia bukan hanya menonton saja tetapi juga menikmati dan membaca film. Kendala terbesarnya juga editing yang harus detail, kalau Indonesia belum bisa membuat editing lebih detail, kenapa gak kerja sama saja dengan luar negri?
Hidup di dunia film itu bukan sendiri-sendiri tapi bersama-sama, bekerja sama, punya kenalan banyak, ini dan itu.
2. Musik.
(Tolong di baca sampai habis kawan)
Musik Indonesia bagus dan aman-aman saja walau saya sendiri bosan dengarnya karena alirannya sekarang lebih jazz atau soul. Entah ini pengaruh apa dan musik aliran ini sangat bertahan lama -- sampai bisa dibilang: "Kalau di musik Indonesia tidak ada suara trompet, bukan musik Indonesia."
Udah jarang kita menemukan musik yang alirannya rock, alternative dan lain-lainnya. Paling hanya sedikit saja yang masih mempertahankan itu.
Karena saya gak berminat buat jadi komposer, saya akan bilang bahwa saya cukup bangga dengan kedatangan Young Lex di musik Indonesia, karena dia berani banget buat keluar dari lingkaran mainstream dengan musik rapnya. Eitsss, tapi jangan langsung komen yang nggak-nggak. Saya akan bahas masalah sex dan lain-lainnya di akhir nanti tolong sabar, karena lagu Young Lex mengandung unsur sexualitas dan sedikit rebel.
Kalian mungkin ingin bilang bahwa lagu JKT 48 itu adalah rock, mungkin saja ya--saya bukan enggemar JKT-- tetapi mayoritas lagu JKT adalah lagu translate dari jepang ke Indonesia, jadi sebenarnya lagu JKT bukanlah lagu Indonesia yang pure. Saya hanya mau mewanti-wanti jika ada yang bilang "lagu jkt 48, gak kaya gitu kok,"
3. Televisi Indonesia + SIDANG JESICCA.
Rusak. Sampai saya gak ingin menonton lagi acara televisi di Indonesia, apapun itu. Kasus yang lagi benar-benar hitzz adalah kasus sensor yang berlebihan. Saya ingin bertanya, ini buat apa? Ini kenapa? Ini apa-apaan? Sensor yang berlebih di televisi Indonesia, menurut saya hanya membuat kita semakin penasaran saja dengan "apa sih yang disensor, mengapa disensor?" dan sensor ini malah harus membuat orang tua semakin waspada terhadap anak-anak mereka.
Jujur aja (yang sudah besar), sekarang... kalian tau tentang seksualitas sekurang-kurangnya pasti kelas 6 SD (alias mau masuk SMP) karena setahu saya sudah di ajarkan reproduksi. Anak jaman sekrang udah tau unsur sexualitas di usia dini karena sensor tersebut, menurut saya itu membuat mereka lebih peasaran dan bisa saja bertanya dengan orang tuanya atau orang yang lebih besar dari pada dirinya tentang hal itu. Mereka yang biasanya berbicara tanpa berpikir akan bilang apa yang mereka ketahui entah itu bisa di tangkap sama anak kecil atau tidak.
Siapa yang harus disalahkan?
Menurut dosen saya KPI dan Stasiun Televisi saling menyalahkan satu sama lain. Hanya saja sebenarnya yang harus disalahkan adalah KPI.
Setelah sensor, adanya acara televisi yang tidak mendidik.
Series di film Indonesia adalah sesuatu yang sangat luar biasa di dunia ini. Shooting seharian, malam di edit dan tayang hari itu juga. Skenario juga tidak jelas dan lain-lainnya, pokoknya benar-benar tidak jelas sampai hal ini yang membuat saya tidak lagi menonton acara televisi Indonesia. Sebutkan saja A dari Z series yang tidak berguna yang selalu tayang di depan televisi kalian dan acara televisi apa saja yang membuat kalian muak menontonnya, pasti sudah tidak terhitung jari tangan dan kaki. Saya beberapa hari ini berpikir kenapa sinetron Indonesia tidak di buat seperti di luar.
Mengerti maksud saya?
Pengerjaan tidak buru-buru. Hanya ada 21 atau 23 episode dalam satu musim (season), dan shooting selesai 2 bulan sebelum tayang di televisi dan sebulan saat mau tayang kita bisa promosi terlebih dahulu. Sinetron Indonesia juga menggambarkan ketidak sabaran kita sebagai seseorang manusia, karena jika dilihat cutnya asal-asalan saja yang penting tayang.
Apakah KPI telah memberi tahu stasiun televisi tentang program mereka yang tidak berpendidikan?
- Sudah, tetapi stasiun televisi swasta tidak akan menggubris karena mereka gak peduli. Selama ada penonton... mereka akan tetap menjaga tayangan itu.
- Well, menurut saya adakan sistem 3 kali teguran... tiga kali di tegur dan tidak berubah, kenakan sanksi atau denda... jika ingin lebih keras: stop acaranya, tanpa ada basa-basi. Hanya saja karakter tegas bukan Indonesia banget, kita bakal takut dengan orang yang berbadan besar dan mempunyai uang... padahal jika bersatu kita pasti bisa.
Lalu TV negara alias TVRI, kalian masih sering nonton? Pasti seringlah, tapi kalau kelewat saja. TVRI sekarang mulai mengikuti acara televisi swasta dan dosen saya sempat bilang "mending tutup aja." Ini di karenakan TVRI tidak konsisten. Menurut dosen saya sebaiknya TVRI mulai belajar dari TV pemerintah dari luar negri, seperti halnya memperbanyak berita, bukan acara yang mengikuti stasiun tv yang lain. Apa TVRI bisa bangkit? tentu saja bisa, jika orang yang bekerja di TVRI mengerti bagaimana cara membawa berita yang tidak membosankan untuk ditonton semalaman.
Sidang Jesicca adalah satu-satunya acara televisi yang harus di blur (kata dosen saya), Beliau mengatakan karena kita mempunyai azaz praduga tak bersalah dan juga Sidang Jesicca sebenarnya tidak boleh di tayangkan di televisi bahkan secara LIVE.
SPESIAL: Unsur Sexualitas dan pornografi.
Sebenarnya unsur pornografi tidak pernah ada, karena kalau pornografi pasti tidak pernah tayang di Bioskop (negara manapun).
Ada anggapan bahwa negara luar yang menginspirasi kita untuk mengadopsi adegan. Saya berteman dengan banyak orang Amerika dan saya selalu melihat mereka komplain dengan film yang mengandung unsur sex terbanyak... contoh 50 Shades Of Grey . Tentu penayangan scene sexual di luar negri mempunyai pengaturan (pembatasan tayang). Hanya saja orang Indonesia mungkin tidak mengerti dan menganggap bahwa pembuatan unsur itu bebas padahal tidak.
Pernah menonton video react Giring Nidji tentang video Young Lex?
"Untuk anak band, ini gak masalah tapi sebagai orang tua, gue sebisa mungkin menjaga anak gue untuk tidak menonton ini."
Dalam hal yang berbau seni, seksual merupakan keindahan (kita gak memuja ini). Kita mengerti bagaimana cara mempermainkan unsur seksual dan memang ada caranya, bukan asal tembak. Seniman yang berpendidikan, mengerti bagaimana cara menyampaikan pesan seksualitas dengan keindahan,
Contoh:
Contoh:
Ada dua orang yang berciuman dan anggap saja kita ingin menyampaikan penonton bahwa orang itu akan melakukan hal yang lebih. Kita bisa mengganti scene dengan gambar perapian, deburan ombak, lalu kembali dengan perapian yang kini semua arangnya menghitam dan keluar asap, dan terakhir mungkin menunjukan kedua orang itu yang sedang tertidur. Cukup close up atau medium close up wajah mereka yang santai, atau memperlihatkan tangan lelaki yang menggenggam tangan perempuan di atas seprai putih yang berantakan.
Apakah harus ada adegan yang lebih dari itu, menunjukan adegan di atas ranjang? No. Jika kalian bisa berpikir lebih kreatif dan mengerti bagaimana penyampaian kepada penonton.
Tetapi jika unsur sexualitas ada di televisi Indonesia, saya akan menentang... bahkan jika ciuman dan genggaman tangan sebenarnya gue menentang. saya minta maaf karena akan sedikit membawa status sosial. Karena saya rasa orang yang menonton televisi di Indonesia adalah kalangan sedang (bukan menengah, jika gak ada kalangan sedang... ini saya ciptakan hahaha) sampai kebawah. Televisi merupakan ajang hiburan bagi mereka dan saya minta maaf lagi, mereka mungkin tidak berpendidikan. Anaknya nonton televisi tidak ada yang mengawasi dan cukup sedih sih liatnya, jadi anaknya langsung sambet dan mencontoh.
Pencarian jati diri seorang anak (menurut pengalamn gue) mungkin sejak SMP sampai SMA. Mereka lebih berani dan jika melakukan hal senonoh yang tidak-tidak... tolong jangan main salahkan Televisi dan programnya *saya sering liat di situs meme indonesia bukan MCI doang* Salahkan orang tua yang juga tidak mengawasi dan memberikan pendidikan lebih buat anaknya. Tentu pendidikan sexualitas tidak pantas diberikan kepada anak yang masih kecil tapi setidaknya jika mereka menonton acara tv yang merujuk ke romantisme, bullying, dan kekerasan lain agar di jaga. Supaya ketika adegan itu beralngsung kita bisa memberikan amantar kepada anak kita untuk tidak melakukan itu.
Misal ada adegan tonjok-tonjokkan:
Orang tua dekatkan anak dan bilang:
Itu tidak baik, nanti dia bisa (bla... bla... bla...)
Kalau ada adegan merokok:
Nanti paru-paru kamu bolong dan nanti gak bisa main lagi sama teman-teman.
sesuaikan juga dengan bahasa, jangan berat tetapi ringan dan memang untuk seuisianya.
So itu aja deh... kurang lebih mohon maaf... karena saya mau kuliah. Please jangan komentar yang nggak-nggak di post ini. saya tidak meminta kalian setuju dengan post-an ini. Saya hanya memberi tahu kalian tentang hal yang memang sudah saya mau tulis sejak awal. So, komentar saja tentang/pendapat kalian tentang film, musik, televisi indonesia.
JANGAN BERDEBAT DI KOLOM KOMENTAR.
Komentar
Posting Komentar