I woke up and chose violence: My Honest Review about Hogwarts Legacy [INDO] (PS 5)


 So...

Belum lama ini games yang digadang-gadang menjadi game terbaik Harry Potter rilis tahun ini dan games tersebut berjudul Hogwarts Legacy!

Tentu sebagai seorang gamers, gue membeli game ini dan karena kebetulan juga gue baru bisa membeli PS 5... jadi sekalian aja gue menjadikan Hogwarts Legacy gue menjadi game PS 5 pertama gue. Gue membeli Hogwarts Legacy pakai Blu-Ray Disc di tokopedia dan waktu itu beneran hoki banget dapetnya karena lagi diskon. Pada umumnya orang beli harga satu juta atau delapan ratusan, gue bisa beli dengan harga 700rb-an.

Gue main Hogwarts Legacy ini selama 4-5 hari, tamat main story tapi gak tamat untuk beberapa world quest sepertinya... i don't know... gue gak terlalu nge-grinding untuk Hogwarts Legacy, so ada beberapa tempat yang belum gue kunjungi tapi kayaknya itu gak akan terlalu berarti karena tanpa harus melakukan hard grinding gue juga  menamatkan game ini toh...

Well, gue gak bisa bilang bahwa game ini bagus, game ini menyita perhatian gue, tapi di saat yang bersamaan gue juga gak bisa bilang bahwa game ini buruk dan jelek. Gue gak tahu apakah Hogwarts Legacy ini termasuk sebuah game yang masuk dalam jajaran Triple A Game, tapi kalau termasuk... gue sedikit tidak begitu rela.

Game Hogwarts Legacy khsusunya untuk PS 5, menurut gue bukanlah sebuah game yang begitu bagus dan menarik. Untuk gue pribadi, melihat beberapa komentar bahwa game ini bagus di youtube mempunyai sedikit kontradiksi kepada opini gue, tapi itu gak masalah... setiap orang mempunyai opininya sendiri.

Opini gue mengatakan bahwa game ini merupakan sebuah game 'telur setengah matang'  sedikit amis, tapi bisa dinikmati oleh orang. Mungkin jika memainkan game ini kalau kalian main pada port yang berbeda (in this case adalah PC) mungkin kalian bisa menambahkan bumbu (Mod) yang bikin game ini lebih baik... tapi semua ini adalah mungkin.

Gue bermain game... khususnya game dengan basic story telling, maka yang akan gue lihat terlebih dahulu adalah aspek story tellingnya. Dalam storytelling gue sering membaginya jadi beberapa bagian untuk menganalisnya, khususnya ketika bermain game:

  • Desain Karakter and teori physics
  • Karakterisasi 
  • Setting Cerita
  • Dialog/Intonasi
  • Aksi dan Rekasi

Tanpa dipungkiri... gue sangat-sangat terpukau dengan keindahan Akademi Hogwarts... gue sangat-sangat suka dengan attention to detail dari sekolah kita ini. Gue suka dengan keramaian murid-murid yang ada di sini dan tentu ragamnya juga ada, bukan hanya dari ras melainkan juga usia karkater yang bermacam-macam. Tapi di luar itu... gue gak bahagia. Mari kita bahas dulu dari:

 

 1. Desain Karakter dan teori physics :

Gue gak tau bagaimana dengan kalian, tetapi untuk gue... desain karakter dari Hogwarts Legacy itu parah pakai banget. Gue gak merasa bahwa yang gue mainin itu adalah seorang manusia... padahal jelas-jelas karakter yang kita mainin itu manusia. Kulit seperti karet, Rambut karakter kita tidak bergerak ketika terkena angin dan juga betapa gue sering melihat karakter gue selalu gagal mengeluarkan mimik wajahnya di beberapa keadaan dan hal ini membuat gue benar-benar loss in touch dengan dunia game story telling yang sedang gue mainin secara langsung. Gue tidak merasakan adanya identifikasi antara gue dan karakter gue di game, sepertinya bisa dibilang bahwa Avalanche game sangat berhasil menjauhkan gue sebagai player dari karakter in game-nya. Jadi yang terjadi adalah gue hanya sekedar bermain dengan tujuan untuk tamatin game ini aja, tanpa mau mengeksplor lebih jauh lagi dunia Hogwarys Legacy.


2. Karakterisasi:

So much, karakter dengan karakterisasi yang menurut gue naif dan seakan mereka ada dalam game ini hanya untuk memenuhi dunia game Hogwarts Legacy, bukan untuk membantu player menyelesaikan misi ataupun mendapatkan character development.

Lagi-lagi gue kurang suka dengan karakter yang gue mainkan. Karakter yang gue mainkan ini seperti sebuah wadah kosong, gue gak mendapatkan character development dari karakter gue, tetapi entah kenapa... karakter gue ini mendapatkan dialog-dialog yang seakan menggambarkan karakter gue berkembang kearah sana... sassy and savage.

Contohnya adalah ketika gue menemukan semua Gobstone dari seorang NPC interkatif yang gue lupa namanya. Gue punya dua pilihan dialoh: 

1. i keep it the gobstones

2. Yeah... aku kembalikan gobsetones milik kamu!


Kalau gue milih yang opsi pertama akan ada versi dialog panjangnya dan akan ada kalimat "I am afraid i've decided to keep them." untuk gue... kalimat 'i am afraid' adalah kalimat yang sama dengan 'i am sorry, i've decided to keep them.'. Jika developer game ini meminta gue untuk jadi seorang karakter yang sassy dan savage, kenapa gue harus minta maaf? Kenapa gak to the point aja kalau i've decided to keep them...

Sumpah... ini game itu gak jelas banget character developmentnya bahkan ini adalah game paling gak jelas character developmentnya yang pernah gue mainin!

Gini... Aloy di Horizon mempunyai karakter yang terkenal heroik, pemberani, sassy, savage dan pintar. Ketika gue mainin karakter Aloy, gue bisa melihat dia pintar, apa lagi ketika gue lagi mengendap-endap untuk mengalahkan musuh. Aloy selalu ada monolog yang sekaligus membantu gue untuk tahu kelemahan musuh, tanpa gue harus menggunakan metode scan the eneymy. Gue juga diberikan dialog choice yang sassy dan itu make sense, karena dari kecil Aloy itu udah sassy dan savage. Ketika gue disuguhi dengan dialog Aloy  yang heroic, gue menerimanya... karena gue tahu karakternya Aloy. 

Sedangkan karakter gue di Hogwarts Legacy itu jika diibaratkan adalah karakter yang hidup dari dialog Jughead di series TV Riverdale:

"I'm weird... i'm a weirdo, i don't fit in." 

Ya... karakter gue sebenarnya adalah karakter yang introvert dan gak mau berbaur dengan orang lain, tetapi developer game ini memaksa gue untuk berbaur, dipaksa oleh Profesor Fig. Gue jelasin ya...

Di Persona 5, karakter gue adalah karakter yang introvert. Gue itu untuk mendapatkan teman-teman caranya adalah dengan teman-teman gue yang mendekati gue. Ryuji mendekatkan dirinya ketika pertama kali gue ketemu dia, Ann karena dipaksa Ryuji, Yusuke karena Ann, dan list goes on...

Jadi menurut gue seharusnya di Hogwarts Legacy untuk gue mendapatkan teman, karakterisasi, character development adalah dengan orang-orang yang terkait dengan misi gue... mendekati gue. Bukan gue yang harus mendekati mereka. 

 

3. Setting Cerita

Gue gak ada masalah dengan di mana cerita game ini berlangsung. Hanya saja terkadang gue merasa too much puzzle dan mini game puzzle dalam sebuah lokasi. Hanya saja mapnya great for exploring memang.

 

3. Dialog dan Intonasi.

Damn... boy... here we go again. Gak tau deh kayaknya gak bakal berhenti kalau ngomongin Hogwarts Legacy and how this game lack di sana-sini. Aku gak tau dengan kalian, tapi salah satu aspek paling buruk yang ada di Hogwarts Legacy adalah Dialog dan bagaimana karkater kita mengucapkannya, memberikan intonasi. Paling fatal memang lagi-lagi di karakter yang kita mainin. Kalian gak akan bisa merasakan spektrum dimensional dari karakter kita. Gue bahkan begitu speechless ketika dengar bagaimana developer memberikan dialog yang datar ketika karakter gue diucapin "turut berduka cita dengan kematian Profesor Fig" dan gue berharap karakter gue akan memberikan sebuah balasan yang emosional tapi ya udah cuma gitu aja... datar, kayak tripleks!

Profesor Fig kan mentor kita dalam perjalanan, seharusnya ada emosional lebih yang diucapkan oleh karakter kita. Dalam case ini gue memakai gender lelaki sebagai tokoh gue dan pengisi suara untuk gender lelaki adalah Sebastian Croft dan sudah jelas dia ini tidak memberikan effort lebih untuk akting saat ini.

Maksud gue... Sebastian Croft ini seorang aktor, ada beberapa karyanya yang terkenal but how... how he give us nothing in this game?! 

Sebastian Croft sorry but you really suck at voice acting bro... just don't... do it again or if you want to do it again... do it right in the future!

Jika kalian ingin mainin game ini gue saranin deh main pakai bahasa jepang aja. Dub Inggrisnya suck abis!

Kalau mau uji nyali coba aja kalian dengerin voice actingnya si Sebastian Croft ini ketika kalian berkeliling pakai broomstick... itu udah masuk ke kocak gaming.

Komentar

Postingan Populer